Suatu ketika saya ditanya oleh seorang teman dia berniat menawarkan asuransi jiwa ke calon nasabahnya,yang juga sebagai temannya sendiri. Dan dia berkonsultasi sebaiknya seperti apa cara untuk presentasi yang baik terhadap temannya tersebut,yang notabene temannya ini agak sedikit anti dengan asuransi jiwa.
Sebagai seorang teman yang baik,dia sangat menginginkan temannya ini untuk memiliki pertanggungan asuransi,oleh karena itu dia tidak ingin gagal dalam presentasi nya nanti.
Dia mau semuanya berjalan dengan baik
Kemudian saya memberikan beberapa saran,dan berharap semoga presentasinya nanti berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Setelah saya memberi beberapa
saran, kemudian teman saya ini berkata :. "Mas,,, kalau misalnya nanti
saya ditolak, gimana ya...? Saya hanya menjawab "Ya,,, siapkan mental aja untuk yang hal terburuk jangan kecewa,dan mudah-mudahan yang terbaik yang datang ya mas".
Setelah saya berkata begitu kemudian saya memikirkan lagi ucapan saya itu. Memang sih,,, itu bahasa klise
yang mana artinya bahwa kita harus siap secara mental, menanggung konsekuensi jika rencana kita gagal. Tapi, kalau dipikir-pikir,
sepertinya kalimat klise itu jahat juga ya?
Jahatnya adalah berarti kita menyalah-artikan,arti dasar dari pengharapan itu sendiri,Kenapa? Karena harapan adalah bentuk dari keyakinan.
Kita semua pasti maunya
mengharapkan yang terbaik yang kita yakini untuk terjadi, bukan malah bersiap dengan apa yang tidak kita harapkan terjadi. Kita semua mau rencana utama kita yang berjalan dengan baik,
bukan malah rencana cadangan kita.
Kita tidak mungkin mengharapkan yang
terbaik kalau kita sendiri memiliki keyakinan akan sesuatu yang terburuk yang
terjadi.
Kalau kita memiliki rencana cadangan, berarti kita sendiri
tidak yakin rencana utama kita akan berjalan baik, toh?
Sama halnya teman saya ini
pasti maunya presentasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapannya.
Anda tidak bisa berharap mendapatkan pekerjaan yang Anda butuhkan kalau Anda memiliki pemikiran "Anda akan ditolak".
Anda tidak bisa berharap mendapatkan anak-anak Anda menjadi agen perubahan kalau Anda tidak percaya dengan kemampuan mereka.
Pemikiran
ini bukan mencoba memutarbalikkan kekuatan dari pemikiran yang positif.
Semua kita bisa berpikir positif.
Hanya saja kita yang terlalu
sering memencet tombol pemikiran negatif dalam diri kita.
Kita lebih
mudah berpikir negatif, pesimis, takut ketimbang optimis. Tombol negatif
tampaknya posisinya lebih mudah dicapai, tombolnya lebih besar
ukurannya, dan bunyi 'klik'nya lebih terdengar nyaring ketimbang tombol
positif.
Sementar kita juga sadar bahwa tombol negatif ini bukanlah merupakan tombol yang kita harapkan untuk beroperasi.
Maka teman-teman mari kita hindari untuk menggunakan tombol negatif ini,berusahalah untuk selalu menggunakan tombol positif ,sehingga action kita sesuai dengan apa yang kita yakini untuk terjadi.
No comments:
Post a Comment